Kiri : Maria Ulahayanan, Kanan : Rufina Sangur
|
Maria
Ulahayanan (56 Tahun) dan Rufina Sangur (65 Tahun) adalah pelaku GSC yang dipilih
sebagai Kader Pemberdayaan Masyarakat Ohoi (KPMO/KPMD) di Desa Erlarang Kecamatan Kei Besar Kabupaten
Maluku Tenggara. Mereka adalah sosok inspiratif dan juga penggerak program Generasi Sehat dan Cerdas
(GSC) sejak tahun 2012 dengan Insentif yang didapat sampai tahun 2014 sebesar Rp 60.000
dari Program GSC. Meskipun tinggal di daerah ekstrim
dan hanya diberi honor yang cukup kecil, namun tidak mengurangi semangat mereka untuk tetap berjuang, bekerja keras demi kepentingan masyarakat miskin di Ohoi Erlarang.
Erlarang
adalah salah satu Ohoi/Desa yang berada di kecamatan Kei Besar
Kabupaten Maluku Tenggara Provinsi Maluku. Desa ini membawahi 8 Dusun yaitu
Dusun Wakol, Ngurdu, Soinrat, Bombay, Ngat, Watsin, Sirbante, Wearmaf, dengan
kondisi geografis yang cukup luas dan ekstrim, serta tidak didukung dengan
akses jalan yang kurang baik.
Intervensi
GSC pada Desa Erlarang semenjak 2012 hanya mengikutsertakan
7 Dusun saja, Sedangkan Dusun Soinrat tidak berpartisipasi dan menolak Program
GSC.
Mendapat Tekanan di
Tahun Pertama
Semenjak
berproses dari tahun 2012 sampai 2014, pelaku KPMO Erlarang memiliki semangat dan kepedulian yang
sangat luar biasa. Peduli,
pantang menyerah dan kerja keras dalam
memperjuangkan program GSC untuk dapat memuhi kebutuhan masyarakat miskin.
Menurut pengakuan Ibu
Uluhayanan dan Ibu Sangur, bahwa selama berproses dengan GSC, mereka melakukannya dengan segala kekurangan bahkan
kerterbatasan pengetahuan tentang program, namun dengan keyakinan dan keinginan
untuk memenuhi kebutuhan masayarakat miskin di desa, mereka harus belajar dan bekerja keras.
“Kami melakukan pengambilan data sasaran (form
2), memfasilitasi penggalian gagasan, dengan berjalan kaki dari Dusun ke Dusun
dengan jangkauan yang cukup jauh, naik gunung turun gunung tanpa bermodalkan
biaya transportasi dan biaya makan minum”, ungkap salah satu KPMO.
Dalam lanjutannya, mereka mengenang saat ditahun 2012,
ketika mereka berupaya agar semua dusun di Desa Erlarang
dapat masuk dalam
Program GSC, namun hanya 7 Dusun saja yang ikut berpartisipasi.
Upaya
untuk semua Dusun berpartisipasi di tahun pertama 2012 sering mendapat
tantangan misalnya di Dusun Ngurdu yang kondisinya tidak kondusif karena
hubungan antara Para Kader Posyandu dengan Kepala Dusun tidak harmonis, akan tetapi selaku KPMO mereka tetap sabar dan terus berjuang dalam mensosialisasikan program GSC .
Hal
yang sama juga dialami di Dusun Soinrat, ketika bertemu dengan Kepala Dusun dan
para Kader Posyandu untuk melakukan pengambilan data, justru Kepala Dusun
Soinrat melakukan penolakan karena rendahnya
pengetahuan dan pemahaman tentang program, namun kedua KPMO tersebut, terus memberikan
pemahaman bahwa tujuan Program GSC adalah mencerdaskan anak bangsa, serta memberdayakan
masyarakat miskin melalui kegiatan di bidang pendidikan dan kesehatan. Akan tetapi Kepala Dusun tidak menggubris penyampaian mereka sehingga Dusun Soinrat tidak ikut berpartisipasi dalam Program GSC di Tahun 2012.
GSC Memberikan Bukti
Nyata
Memasuki Tahun Anggaran 2013, setelah melihat perkembangan dengan adanya program GSC, Dusun Soinrat
yang awalnya menolak untuk berpartisipasi, akhirnya mulai menyadari betapa pentingnya Program GSC bagi masyarakat
miskin.
Dua KPMO Erlarang Ibu Uluhayanan dan Ibu
Sangur pun mulai berproses lagi sesuai tahapan yaitu memfasilitasi
Tahapan dan berjuang dalam melakukan pengambilan data sasaran dengan berjalan
kaki naik gunung turun gunung, kedatangan mereka disambut baik oleh Kepala
Dusun, kader posyandu dan masyarakat. Sehingga ditahun 2013 -2014 GSC sudah bisa mengintervensi 8 dusun tersebut.
Namun, memasuki Tahun 2015 semua Dusun manjadi Desa
Defenitif, sehingga masing-masing Desa menjadi mandiri dan memiliki Pelaku
sendiri, mereka pun berproses dalam Program GSC mengurusi Desa
masing-masing.
Mendapat Tekanan Dari
Keluarga
Mereka tidak hanya di perhadapkan dengan masalah di tengah
masyarakat, namun juga mendapat cercaan dari para Suami karena dianggap tidak bisa mengurusi keluarga dan lebih banyak meluangkan
waktu diluar. Padahal apa yang dilakukan Ibu Uluhayanan dan Ibu Sangur adalah semata untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat miskin.
Meskipun sering mendapat tekanan dari pihak keluarga,
namun mereka hadapi dengan sabar, dan terus memberikan pengertian kepada keluarga bahwa hidup itu
adalah pengabdian.
“Kepada siapa kita mengabdi? Kepada siapakah
kita berjuang? Hanyalah kepada orang-orang miskin, disitulah kita terpanggil
untuk melayani bukan untuk dilayani, Dengan
demikian kita tidak akan menjadi berguna untuk diri kita sendiri tetapi berguna
untuk orang lain. Kita hanyalah melakukan separuh dari sisa usia di hari tua.
Biarkanlah segala kebaikan yang dilakukan, hanyalah
Tuhan yang akan membalasnya”. Begitulah prinsip KPMO Erlarang.
Melihat semangat
dan ketekunan Ibu Uluhayanan
dan Ibu Sangur, suami mereka akhirnya sadar dan mendukung tugas yang diemban kepada mereka.
Yanad,
Ubud ar dir hiluk mem
Salah satu motivasi yang membuat mereka bertahan hingga
saat ini karena berkiblat pada filosofi leluhur Kei yang turun termurun
yaitu “Yanad, Ubud
ar dir hiluk mem”, artinya Anak-anak dan cucu adalah masa depan orang
tua dan kampung halaman kedepan, mereka akan berdiri
sebagai ujung tombak dan sebagai pemimpin.
Kunci membangun Desa ke depan adalah Anak-anak selaku generasi, sebab
mereka akan melanjutkan kepemimpinan orang tua dalam mengabdi serta membangun Kampung halaman ke depan menjadi
lebih baik, begitulah filosofi yang mereka pegang. (RL)
Keterangan :
Ohoi : Desa
KPMO : Kader
Pemberdayaan Masyarakat Ohoi (Desa)
Penulis : Christianus
Ufie (Asisten Fasilitator Kecamatan. Kei
Besar)
Editor : TimKreatif_GSCMaluku
0 komentar:
Posting Komentar