Jumat, 13 Juli 2018

Pelaku GSC Rahareng Atas, Menyelamatkan Anak Rentan Putus Sekolah

Keisya Foor saat mendapat perawatan intensif dari Pelaku GSC


Di Desa Rahareng Atas Kecamatan Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara, yang juga disebut oleh masyarakat setempat sebagai Ohoi Rahareng Atas, tinggal dua kakak beradik yang mengalami kondisi memprihatinkan, anak yang pertama harus putus sekolah, sedangkan anak kedua sering mengalami sakit kepala yang sangat mengganggu aktivitas kesehariannya dan juga nyaris putus sekolah.

Kedua anak tersebut, Kenfli Foor (13 Tahun) dan adiknya Keisya Foor (11 Tahun), mereka  adalah korban dari perceraian kedua orang tuanya. Retaknya keharmonisan, sehingga terjadi perpisahan antara ibu dan bapak, menyebabkan mereka terpaksa tinggal dengan nenek mereka yang hidup dalam keterbatasan. 

Kembali ke Sekolah saat mendapat bantuan dari GSC
Sebelumnya, kakak-beradik ini tinggal di Ohoi Weduar Kecamatan Kei Besar Selatan.  Namun, karena kondisi perpisahan itulah mereka diambil nenek mereka untuk kembali ke Ohoi Rahareng Atas Kecamatan Kei Besar.

Peran Aktif KPMO Rahareng Atas

Sebagai Pelaku Program GSC, KPMO Rahareang Atas sangat peduli pada kondisi masyarakat di Desanya, terlebih lagi terkait dengan masa depan anak-anak yang kurang mampu, yang tak lain merupakan bagian dari generasi Indonesia yang harus mendapat hak untuk belajar dan meraih cita-cita, serta bisa hidup sehat.

Melihat peristiwa yang dialami oleh Kenfli dan Keisya Foor, maka tergeraklah hati para Kader Pemberdayaan Masyarakat Ohoi/Desa (KPMO/KPMD) sebagai Pelaku Program Generasi Sehat dan Cerdas (GSC) di Ohoi Rahareng Atas.

Mereka pun berkumpul untuk membahas hal  tersebut, “Kami tidak ingin mereka larut dalam kesedihan, Kami tidak ingin masa depan mereka hancur hanya karena putus sekolah, karena tidak ada lagi yang membiayai sekolah mereka”, ungkap salah satu satu KPMO, pada pertemuan tersebut. 

Setelah melakukan rapat internal, para KPMO pun menemui Kepala Ohoi untuk menyampaikan persoalan tersebut, tak lupa juga mereka berkoordinasi dengan Tim Fasilitator Kecamatan (FK) Program GSC Kecamatan Kei Besar. 

Bersama Kepala Ohoi dan Pelaku GSC Rahareang Atas

Tujuan koordinasi tersebut, mengingat karena tidak tersedia anggaran untuk membantu kedua anak itu.  Dana BLM Program GSC sesuai Musyawarah Masyarakat telah dialokasikan untuk kegiatan lainnya, sementara kedua anak ini datang setelah alokasi dana selesai ditetapkan.

Oleh Fasilitator Kecamatan, KPMO diberikan gambaran dengan kondisi mendesak yang harus mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan kedua anak itu.

Bersama Pemerintah Ohoi, pelaku Program GSC Ohoi dan masyarakat  langsung melakukan musyawarah khusus untuk melakukan revisi kegiatan Bimbingan Belajar yang dialihkan untuk membantu mereka.  Dari hasil musyawarah dan didukung oleh berita acara, KPMO pun merasa lega dapat membantu kedua kakak-beradik tersebut.

Pelaku GSC Rahareang Atas Berhasil Mengatasi Persoalan Anak Kurang Mampu

Perjuangan yang tidak sia-sia, usaha KPMO Rahareang Atas berbuah manis, kedua anak tersebut akhirnya bisa mendapat pertolongan, Keisya Foor mendapat perawatan intensif dari tenaga kesehatan Pustu Rahareng Atas,  dia juga dibawa ke RSUD Karel Sadsuitubun di Langgur oleh Pelaku GSC untuk mendapatkan perawatan secara intensif.

Sementara Kenfli Foor yang putus sekolah, para Pelaku GSC juga melakukan pengurusan administrasi ke SMP Weduar Kecamatan Kei Besar Selatan untuk mengurus kepindahan anak tersebut,  agar Kenfli bisa diterima di SMP Kei Besar.
Pelaku-pelaku GSC di Ohoi Rahareng Atas, bekerja tanpa mengenal lelah mengurusi anak-anak ini, menganggap mereka seperti anak mereka sendiri, hal ini adalah sebuah bukti cinta yang tulus tanpa pamrih.

Proses Belajar Mengajar di Kelas
Kini, mereka berdua telah aktif bersekolah. Bahkan sangat rajin mengikuti kegiatan belajar mengajar.  Pelaku Program GSC Ohoi Rahareng Atas juga terus memantau perkembangan pendidikan mereka. Lewat peran aktif para pelaku (KPMO, TPMO, dan Pelaksana Kegiatan) serta dukungan Pemerintah Ohoi Rahareng Atas, maka masalah kedua anak tersebut dapat teratasi dengan baik.

Ucapan terima kasih datang dari pihak Ohoi, baik pelaku GSC maupun Kepala Ohoi Rahareng Atas,  kepada Pemerintah dan Tim Fasilitator Kecamatan melalui Program Generasi Sehat dan Cerdas (GSC) yang telah menyelamatkan kehidupan Kenfli dan Keisya Foor.

Salam Generasi Sehat dan Cerdas



Keterangan :
Ohoi               : Desa
Sumber Kisah  : GSC Kei Besar (Ny, Maria Rahayaan, Lory Muskita - KPMO dan Roby H. Labetubun- FK)
Editor                 : R. Leikawa (Staff Konsultan GSC Maluku)

Share:

Senin, 19 Februari 2018

Perwakilan GSC Maluku, Ikut Menyusun Bahan Ajar PAUD oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini.

Foto Bersama Peserta dan Penyelenggara Kegiatan Penyusunan Bahan Ajar PAUD 2018


Dalam upaya pelestarian Bahasa Ibu di tengah masyarakat terutama untuk kalangan anak-anak, pemerintah melalui Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melaksanakan kegiatan Penyusunan Bahan Ajar PAUD dalam Bahasa Ibu dan Bahasa Indonesia, pada tanggal 13 – 15 Februari 2018 di Hotel D’Anaya, Bogor Timur, Jawa Barat. Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka Penyusunan Norma Standar Prosedur dan Kriteria Bidang Kurikulum, dengan melibatkan 13 ahli bahasa daerah dari 11 provinsi, salah satu pesertanya merupakan Perwakilan dari GSC Provinsi Maluku, yakni Rusda Leikawa, Supporting Staff Konsultan GSC Maluku. Keterlibatan GSC Maluku pada kegiatan ini sesuai dengan Surat Undangan dari Direktorat Pembinaan PAUD nomor: 77/C2.2/DU/2018, tanggal 31 Januari 2018, Perihal Undangan Peserta.

Tujuan pelaksanaan Kegiatan Penyusunan Bahan Ajar PAUD dalam Bahasa Ibu dan Bahasa Indonesia, yakni untuk mengangkat kembali Bahasa Ibu dalam proses belajar mengajar pada Pendidikan Anak Usia Dini, Supaya anak-anak tidak lupa pada Bahasa Daerah/Bahasa Ibu serta untuk melestraikan dan Menghindari terjadinya kepunahan.

Hal ini juga disampaikan oleh Retno Wulandari selaku koordinator Kegiatan Penyusunan Bahan Ajar PAUD, bahwa “ tujuan dari kegiatan ini adalah supaya anak-anak lebih mengenal Bahasa Ibu  dan  tidak lupa pada akar budayanya”, ungkap Retno.

Kenapa Bahasa Ibu Harus di Masukkan kedalam Bahan Ajar PAUD?

Seperti yang kita ketahui Bahasa Ibu merupakan Bahasa pertama yang digunakan oleh seseorang dan orang yang menggunakannya disebut sebagai penutur asli. Bahasa Ibu juga menjadi ciri khas suatu daerah dengan daerah yang lain. Di Indonesia sendiri ada banyak ragam Bahasa daerah, ini menjadi kekayaan bangsa kita yang harus dilestarikan dan terus dikembangkan sebagai bentuk rasa cinta terhadap kebudayaan daerah masing-masing.

Sayangnya, seiring dengan perkembangan zaman, budaya berbahasa khususnya penggunaan Bahasa Ibu sudah jarang digunakan pada kalangan anak-anak, padahal Bahasa tersebut menunjukkan jati diri seseorang. Bayangkan jika dalam kehidupan sehari-hari anak-anak lebih sering menggunakan bahasa gaul atau bahkan Bahasa Asing, maka celakalah, layaknya kita sendiri yang sedang membuka peluang untuk hilangnya budaya tutur dengan menggunakan Bahasa Daerah.

Suasana Penyusunan Bahan Ajar PAUD dalam Bahasa Ibu dan Bahasa Indoensia
Mengingat begitu pentingnya Bahasa Ibu, maka penggunaannya perlu dimasukkan kedalam Bahan Ajar terutama untuk Pendidikan Anak Usia Dini, hal ini  merupakan cara yang baik untuk terus menghidupkan budaya lokal agar tidak terlupakan, generasi muda Indonesai bisa mengenal lebih dekat akan budayanya masing-masing sejak dini, termasuk lancar menggunakan Bahasa Ibu.
Selain itu, pada anak usia dini mereka justru lebih terbiasa dengan bahasa-bahasa sederhana yang sering digunakan oleh keluarganya, maka harapannya dengan penggunaan Bahasa Ibu dalam proses belajar mengajar, para siswa mudah untuk  menerima dan memahaminya.

Hasil Peyusunan Bahan Ajar PAUD

Selama proses penyusunan Bahan Ajar PAUD, para peserta diminta untuk menerjemahkan Bahan Ajar PAUD ke dalam Bahasa Ibu, bahan ajar tersebut berupa  komik yakni  tentang kisah Kucing Emas, Aku Suka Buah, Komik Siapa Yang Paling Cantik, Si Tupai dan Tiga Cerita Lain, selain Komik juga ada lima poster yang diterjemahkan, antara lain; Poster Guru PAUD Cerdas, Lingkungan Belajar,  Pengelolaan Pembelajaran, Poster Pra keaksaraan dan Poster Pra Keaksaraan 2.


Suasana Penyusunan Bahan Ajar PAUD dalam Bahasa Ibu

Menariknya, jumlah peserta yang hadir pada saat itu sebanyak 13 peserta, artinya ada 13 Bahasa Ibu yang dikumpulkan pada kegiatan tersebut, hingga tahun 2018 ini, jumlah Bahasa Ibu yang sudah terkumpul di Direktorat Pembinaan PAUD adalah sebanyak 74 bahasa.  

Pihak Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini berencana akan membuat buku Bahan Ajar PAUD dari hasil terjemahan tersebut dan dibagikan pada daerah-daerah. Semoga hasil Penyusunannya bermanfaat dan memudahkan para Guru dalam menyampaikan materi serta bisa dimengerti oleh para siswa ditingkat Pendidikan Anak Usia Dini. (RL)

Share:

Senin, 13 November 2017

Ikut Pelatihan Media Komunitas, Warga Hasilkan Buletin Desa

Praktek Membuat Buletin Desa

Media komunitas merupakan kekuatan baru bagi masyarakat perdesaan untuk memberitakan persoalan-persoalan masyarakat yang tidak terjamah oleh media pada umumya. Pengembangan media komunitas dimaksudkan sebagai sarana pembelajaran masyarakat mengenai teknik sosialisasi yang efektif dengan menggunakan media lokal.

Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran warga tentang pentingnya informasi, meningkatkan minat baca, minat diskusi, dan minat menulis di kalangan warga untuk mengekspresikan gagasan dan pengalaman melalui media komunitas serta mendorong partisipasi, swadaya, dan akses warga terhadap kegiatan pembangunan komunitas.

Berkaitan dengan hal diatas, Program Generasi Sehat dan Cerdas (GSC) Kecamatan Salahutu dan Pulau Haruku Kabupaten Maluku Tengah melaksanakan Pelatihan Pengembangan Media Komunitas Desa pada hari Sabtu (11/11/2017) lalu, di Aula Kantor Camat Salahutu, dengan menghadirkan tiga Narasumber dari insan pers serta pegiat literasi yakni M.M Pelupessy Direktur Pelaksana Ameks FM memberikan materi Teknik LayOut dan Fotografi, Nasri Dumula Pimpinan Redaksi Ambon Ekspres memberikan materi Teknik Menulis Berita, dan R. Leikawa Ketua Wanita Penulis Indonesia (WPI) Cabang Ambon menyampaikan materi Jurnalisme Warga.

Acara Pembukaan Pelatihan Pengambangan Media Komunitas. TA.2017
Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh Koordinator Konsultan Provinsi Dwijo Darmono, SPTR GSC Maluku Arthur Rogi dan dibuka langsung oleh Camat Salahutu, dengan jumlah peserta 68 orang terdiri dari para sekertaris Desa, KPMN, perwakilan PKK dan Operator Desa, mereka sangat antusias dalam mengikuti materi, hal ini dapat dilihat dari keaktifan peserta pada sesi diskusi.

Menurut Johana Selanno (50) salah satu perwakilan peserta dari Negeri Haruku, bahwa dirinya sangat senang bisa mengikuti kegiatan tersebut, karena dia juga suka menulis, namun karena keterbatasan akses informasi dan tidak tahu cara publikasi, tulisan-tulisannya hanya disimpan sendiri.

“ Terima kasih sudah biking kegiatan pelatihan media, karena beta  juga suka menulis tapi tidak tahu cara mempublikasikan, selama ini beta hanya tulis di buku biasa saja, tolong jelaskan par beta bagaimana caranya memulai menulis yang bagus dan bagaimana cara mempublikasikannya” ungkap Johana.

Dengan menggunakan bahasa lokal Ambon, yang artinya “Terima kasih telah melakukan kegiatan pelatihan media, karena saya juga suka menulis tapi tidak tahu cara mempublikasikan, selama ini saya hanya tulis di buku biasa saja, tolong jelaskan kepada saya bagaimana caranya memulai menulis yang bagus dan bagaimana cara mempublikasikannya. Ibu Yoyo begitulah sapaanya, dia mengungkapkan keinginannya untuk serius belajar menulis pada saat penyampain materi Jurnalisme Warga berlangsung. Tidak hanya itu, Narasumber lainnya juga diserang oleh beberapa pertanyaan kritis dari para peserta.

Praktek Menulis
Melihat semangat mereka dalam mengikuti setiap sesi pelatihan, menandakan adanya kesadaran warga terkait pentingnya media informasi yang ada di sekitarnya. Tinggal bagaimana kita mengembangkannya serta menyediakan ruang untuk masyarakat menuangkan ide, pikiran maupun gagasan.

Presentasi Hasil Praktek Oleh Johana Selanno
Pada pelatihan pengembangan media komunitas tersebut, tidak hanya sebatas teori, para narasumber juga langsung memberikan praktik, dalam sesi terakhir itu, peserta diarahkan cara untuk membuat Buletin Desa, meskipun tidak semua peserta mampu untuk mengoperasikan MS.Word namun tidak mengurangi semangat untuk menyelesaikan tugas akhir, alhasil mereka bisa membuatnya secara sederhana meskipun sebagian peserta harus menulis tangan pada lembaran kertas putih, sementara yang lain sudah bisa melakukannnya di MS.Word bahkan ada juga yang langsung menggunakan aplikasi CorelDRAW.

Hasil Praktek Pelatihan Buletin Desa
Menurut SPTR GSC Maluku Arthur Rogi, Dengan dilaksanakannya pelatihan pengembangan media oleh program GSC Provinsi Maluku, diharapkan terjadi penyadaran bagi pemerintah desa untuk dapat membuat sebuah media komunitas seperti buletin desa, sebagai alat penyampaian  hasil-hasil pelaksanaan pembangunan desanya kepada masyarakat, juga sebagai gerakan keterbukaan informasi.

Dalam lanjutannya, Arthur menegaskan bahwa bagi masyarakat, pembuatan media komunitas di desa seperti buletin dapat menjadi arena penyaluran menulis, membaca dan berdiskusi dalam memberikan kontribusi pembangunan desanya.

Dari hasil pantauan kami, peserta sudah mampu untuk menerjemahkan unsur 5W + 1 H pada saat akan menuangkan pikirannya dalam sebuah karya tulis. Diharapkan kedepannya agar masing-masing Desa sudah bisa miliki  product media cetak sendiri. Sehingga media komunitas ini dapat berfungsi dari masyarakat dan untuk masyarakat dalam menginformasikan kegiatan yang akan dilaksanakan maupun sedang terjadi dilingkunganya masing-masing. (rus)


Share:

Sabtu, 30 September 2017

PAUD Sinar Kasih Menjadi Kebanggaan Desa Ridool

PAUD Sinar Kisah-Desa Ridool

Desa Ridool secara administrasi masuk dalam wilayah Kecamatan Tanimbar Utara, Kabupaten Maluku Tengggara Barat, Provinsi Maluku. Desa tersebut berada pada jantung ibu Kota Kecamatan Tanimbar Utara. Jaraknya dari ibu kota Kabupaten (Saumlaki) ditempuh dengan menggunakan transportasi Kapal Laut dalam waktu sehari semalam bisa juga di tempuh dengan jalur darat yang memakan waktu kurang lebih tiga jam. Berdasarkan status Indeks Desa Membangun adalah 0,6581 dengan status Desa Berkembang. Meskipun masuk kategori semi perkotaan Akan tetapi masih tingginya angka ketergantungan terhadap bantuan-bantuan pemerintah.

Kondisi Pendidikan Sebelum dan Sesudah Kehadiran Program GSC

Kondisi pendidikan yang terjadi di Desa Ridool sebelum masuknya Program Generasi Sehat dan Cerdas (GSC) adalah banyak terjadi jumlah anak/siswa yang terancam putus sekolah, tingkat pemahaman orang tua terhadap pentingnya pendidikan sangat rendah,  masih kurangnya perhatian pemerintah desa terhadap jam belajar anak. Untuk pihak sekolah sendiri walaupun sudah ada dana BOS akan tetapi masih sangat kekurangan dalam pemenuhan peralatan proses belajar mengajar di sekolah, tingkat pemahaman tentang tugas para komite sekolah masih rendah, sehingga pengurus sering menganggap bahwa pembayaran uang komite merupakan harga mati yang harus diwajibkan untuk setiap orang tua murid.

Namun, Setelah masuknya Program GSC di Desa Ridool, banyak sekali terjadi perubahan, antara lain, Meningkatnya kesadaran akan pentingnya pendidikan, yakni Adanya perubahan yang sangat baik dari pihak orang tua murid untuk mau memperhatikan pendidikan dari peserta didik, Masalah kekurangan guru mata pelajaran tertentu sudah dapat diatasi di beberapa sekolah, kehadiran Program Sangat membantu orang tua murid yang berasal dari keluarga miskin, dengan memberikan bantuan-bantuan, GSC juga sudah menyelamatkan beberapa anak yang terancam putus sekolah, bahkan beberapa siswa ABK dapat merasakan bantuan dari GSC

Proses Belajar di PAUD Sinar kisah

PAUD Sinar Kasih  Menjadi Aset Desa

Desa Ridool yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 2438 jiwa ini, memiliki satu unit PAUD yang dinamakan PAUD SINAR KASIH , selain menjadi aset desa, PAUD Sinar Kasih menjadi kebanggaan desa, karena memiliki banyak prestasi baik tingkat Kecamatan maupun tingkat Kabupaten.  Hampir setiap tahunnya PAUD Sinar Kasih selalu mengukir prestasi yang sangat membanggakan bagi desa Ridool.
Prestasi yang diraih tersebut tidak terlepas dari usaha para Bunda PAUD yang rela melakukan apa saja demi kemajuan PAUD dan  anak didik mereka.  Sikap seperti itu, harus diapresiasi dan patut ditiru oleh PAUD manapun khususnya di Kacamatan Tanimabar Utara.

Mereka para Guru atau yang disebut Bunda PAUD Sinar Kasih memiliki komitmen yang sangat kuat untuk memajukan PAUD tersebut, hal ini dapat dilihat dengan keberhasilan yang diraih, salah satu contohnya adalah semua anak lulusan PAUD Sinar Kasih adalah anak yang sudah siap memasuki jenjang Sekolah Dasar, mereka semua sudah dapat membaca dan menulis dengan baik.
Hal ini dikarenakan program pembelajaran dan komitmen yang kuat dari para bunda PAUD sehingga para anak didik dapat dengan senang hati mengikuti program pembelajaran yang diberikan oleh para Bunda PAUD.

Proses Belajar di PAUD Sinar kisah

Disaat PAUD Yang Lain Mengalami Krisis, PAUD Sinar Kasih Tetap Semangat

Dalam kesehariannya PAUD Sinar Kasih ini, ternyata memiliki banyak sekali tantangan yang harus dihadapi, akan tetapi para Bunda selalu berusaha sekuat tenaga untuk bisa mengatasinya termasuk didalamnya masalah pendanaan atas semua beban program pembelajaran.
Bersyukur  Pemerintah Desa Ridool sejak T.A 2016 lalu sudah mulai memperhatikan Pembiayaan / pendanaan tersebut, sehingga para Bunda PAUD pun sedikit lega dan dapat terbantu. Saat ini pun para Bunda masih tetap berusaha menggalang dana agar bisa membantu proses pembelajaran, PAUD Sinar Kasih bisa terus mengukir prestasi terbaiknya.
Disaat PAUD-PAUD lain yang berada diwilayah Kecamatan Tanimbar Utara mengalami krisis dalam manajement/pengelolaan PAUD mereka, PAUD Sinar Kasih tetap semangat untuk menciptakan generasi yang cerdas dan berkualitas di Kecamatan Tanimbar Utara Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

 ***

Penulis : Bili Lawalata (FK Kecamatan Tanimbar Utara)
Editor   : R. Leikawa (Staff GSC Provinsi Maluku)

Share:

Jumat, 25 Agustus 2017

12 Tahun Stera Menahan Sakit, Akhirnya Ditangani Oleh GSC

Stera Swin Papilaya saat mendapat perawatan

Di Negeri Abubu Kecamatan Nusalaut Kabupaten Maluku Tengah, hidup pasangan suami istri Fredy Papilaya dan Magdalena Papilaya, mereka memiliki empat orang anak dengan kehidupan pas-pasan. Kondisi itu semaking menyulitkan setelah mengetahui bahwa salah satu anak mereka mengalami kelainan.

Stera Swin Papilaya (13) begitulah nama lengkap anak yang lahir dari pasangan Fredy dan Magdalena. Sejak berusia 3 bulan, Stera telah menderita penyakit di bagian kelamin, yang kemudian diketahui adalah Hernia.

Saat berusia 3 tahun, stera pernah dibawah ke dokter ahli anak di Apotik Natsepa Ambon, tetapi dokter belum bisa menangani karena usianya yang masih belia, saat itu dokter menyarankan agar Stera baru bisa di operasi pada usianya 10 tahun, Namun karena kondisi ekonomi yang tidak mencukupi, stera baru mendapat penanganan secara serius ditahun 2016.

Semakin bertambah usianya penyakit ini kian menyiksa, setiap aktifitasnya baik di Sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya dia selalu merasa kesakitan, Misalnya dalam mengkuti jam pelajaran seperti olahraga, Strera terpaksa harus melakukannya dengan menahan rasa sakit bahkan sering alpa mengkutinya, sehingga dia mulai jarang ke sekolah. Lebih menyakitkan lagi dia selalu diejek oleh teman-temannya, hingga membuat siswi kelas I SMP Negeri Abubu ini menjadi malu bahkan menangisi keadaan yang menyiksanya selama 12 tahun.

Orang tuanya pun seperti tak berdaya melihat kondisi anak perempuan mereka dan hanya bersabar untuk menunggu kiranya ada pihak yang bisa membantu pengobatan, karena mereka sendiri tidak memiliki penghasilan tetap dan tergolong keluarga miskin di negeri Abubu.

Penanganan Oleh GSC

Mengetahui kondisi Stera, melalui Yos Wattimena yang juga merupakan pelaku Negeri yakni dari unsur TPMD, mereka menyampaikan kondisi tersebut pada saat Musyawarah Negeri Sosialisasi tahun 2014 lalu, sehingga penanganan pengobatan untuk Stera disepakati sebagai usulan kegiatan yang didanai program GSC Negeri Abubu T.A 2014.

Sebagai langkah awal penanganan, pelaku GSC Negeri Abubu langsung bertindak untuk melakukan pemeriksaan ke dokter bulan November 2014 lalu, di Puskesmas Negeri Ameth Kecamatan Nusalaut.

Namun setelah ada rujukan dari dokter untuk pananganan selanjutnya, kondisi Stera belum bisa ditangani, hal ini membuat orang tuanya sempat kecewa karena pengurusan administrasi di puskesmas, serta terundanya penanganan dari GSC disebabkan adanya kekosongan FK ditahun 2014.

Selain kekosongan FK, hambatan penanganan lainnya karena terjadi revisi kegiatan tahun anggaran 2014 melalui Musyawarah Khusus Negeri di akhir tahun 2015, proses revisi kegiatan tahun 2014 bisa dibilang cukup lama dikarenakan tidak ada data yang valid di desa setelah FK lama meninggalkan lokasi.
Beruntunglah setelah adanya pengisian FK ditahun 2015 atas nama Agnes S.E. Haliwela, sehingga ditetapkanlah pembiayayaan terhadap Stera, dibuatkan RABnya untuk pembiayaan kegiatan yang dimaksud ,  barulah ditahun 2016 dia bisa di operasi.

Pada Juli 2016 lalu, ada pengobatan gratis yang dilakukan oleh TNI di Puskesmas Ameth Kecamatan Nusalaut. Saat itu mantan FK Nusalaut Agnes S.E. Haliwela (kini telah direlokasi ke Kecamatan Teluk Elpaputih) melakukan koordinasi dengan Pelaku Negeri untuk membawa stera ke pengobatan gratis agar dapat diperiksa oleh dokter sehingga mereka bisa mengetahui kondisi stera, dan mendapat rujukan untuk pengobatan lanjutan ke Rumah Sakit.

Setelah diperiksa oleh dokter ahli beda, stera disarankan agar segera di operasi. Kondisi tersebut membuat orang tua tidak bisa berbuat apa-apa lagi.  Sehingga FK dan para pelaku negeri mengambil tindakan untuk menanganinya, yang kebetulan nama Stera pernah diusulkan sejak tahun 2014, namun karena adanya kekosongan FK dan revisi kegiatan sehingga penanganannya tertunda sampai  Agustus 2016, tepat stera berusia 12 tahun.

Dengan dana awal yang diusulkan saat itu untuk penanganan Stera adalah Rp. 4.344.797.00, kemudian direvisi pada tahun 2015 senilai Rp.4.703.000, alasannya untuk RAB yang pertama tidak terinci dengan baik (tidak ada biaya transportasi).  

Selama setahun Stera menunggu untuk diobati, dana GSC kembali bisa disalurkan, penanganan untuk Stera akhirnya dapat dilakukan. Pelaku GSC negeri Abubu (ibu Yos Wattimena) mendampingi Stera untuk melakukan penanganan dengan pendanaan dari program GSC T.A 2014 yang telah direvisi.

Bulan Agustus 2016 lalu, Stera menjalani operasi Hernia di Rumah Sakit Tentara (RST) Ambon. Setelah operasi dilakukan dan melalui perawatan yang intens dari tenaga kesehatan maupun orang tuanya, akhirnya dia bisa disembuhkan dan bebas dari penyakit yang dideritanya itu.

Setelah mendapat penanganan dari GSC, Stera bisa kembali sekolah dan bermain seperti anak-anak yang lain
Kini Stera telah kembali bersekolah dan melakukan aktifitas sehari-hari seperti teman-temannya yang lain, Stera sudah pulih 100%, bahkan dalam pergaulan sudah tidak merasa malu dan kaku lagi. Disekolah dia aktif seperti teman-teman yang lain dan juga sangat aktif mengikuti kegiatan ekstra sekolah.

Meskipun proses penangan yang cukup lama, tetapi orang tua merasa puas dengan proses Yang sudah stera dapatkan.

“Terima kasih GSC karena telah membantu menolong anak kami sehingga dia bebas dari rasa sakit dan malu karena penyakitnya”, demikian ucapan terima kasih yang disampaikan oleh orang tua Stera.*

**
Penulis : Thomas Wattimena (FK GSC Kecamatan Nusalaut)
Editor   : R. Leikawa (Supporting Staff GSC Maluku)

















Share:

Selasa, 22 Agustus 2017

Berkat Intervensi GSC, Tania Rahkbauw Bisa Belajar Dengan Baik.

Tania Rahakbauw di dampingi Pelaku GSC Kei Besar saat melakukan Pemeriksaan. Dok GSC Kei Besar

Tania Rahakbauw, saat ini berusia 14 Tahun dan tercatat sebagai siswi Kelas VIII pada SMP Satu Atap Yamtel - Waurtahait.  Tidak ada yang aneh, Tania sekolah, belajar, bermain, serta membantu orang tua sama seperti anak-anak lain di kampugnya, Desa Waurtahait Kecamatan Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara.

Dia terlihat normal pada siang hari, aktif tanpa ada masalah.  Namun, kondisinya menjadi lain ketika hari beranjak senja sampai malam tiba, Tania hanya dapat berdiam diri dikamarnya, aktivitas belajar pun terhenti, bahkan tidak bisa bergerak bebas seperti teman-temannya.

Kondisi ini telah berlangsung ± 2 tahun, sejak Tania berada di kelas VI Sekolah Dasar. Tentunya sangat menghambat dirinya untuk belajar pada saat malam hari, seperti yang dilakukan oleh teman-temannya.

Hasil Pendataan KPMD, Tania Masuk Sasaran Prioritas

Setelah Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD), atau dalam istilah masyarakat Kei  KPMO, bersama dengan TPMD/TPMO melakukan pendataan di masyarakat, mereka menemukan permasalahan yang di hadapi Tania.

Dari hasil temuan tersebut, pelaku GSC langsung bertindak untuk segera melakukan koordinasi dengan Staf Pemerintah Ohoi Waurtahait agar menetapkan Tania masuk dalam sasaran yang harus diprioritaskan dengan jenis usulan kegiatan yang  bisa menjawab permasalahan Tania Rahakbauw.
Lewat alokasi dana Program GSC Tahun Anggaran 2015 lalu, anak berkulit hitam manis itu,  diintervensi melalui jenis kegiatan Pemeriksaan dan Pengadaan Alat Bantu bagi ABK. 

Tania dibawa ke Puskesmas Elat untuk diperiksa langsung oleh Dokter Puskesmas, sekaligus memberikan rujukan ke RSUD Karel Satsuitubun Langgur. Berdasarkan rujukan tersebut, Tania didampingi Pelaku Pelaksana Kegiatan (PK) Ohoi Waurtahait dan Bendahara UPK membawanya ke RSUD Karel Satsuitubun di Langgur.

Proses Pemeriksaan . Dok. GSC Kei Besar

Setelah diperiksa, ternyata diketahui bahwa dia mengalami Rabun Senja, Dokter memberikan pengobatan, dan merekomendasikan adanya bantuan alat kaca mata sehingga tidak perlu Rawat Inap.

Proses selanjutnya, Pelaku GSC membawa dirinya ke Optik Internasional yang juga berlokasi di Langgur.  Setelah dilakukan pemeriksaan, akhirnya Tania Rahakbauw dibantu dengan menggunakan kaca mata.

Seluruh pendanaan untuk transportasi, akomodasi, dan biaya pemeriksaan juga pengadaan alat bantu kaca mata tersebut dibiayai oleh Dana BLM Program GSC Tahun Anggaran 2015 sebesar Rp. 2.500.000.

Kerjasama Yang Baik Tidak Mengkhianati Hasil

Berkat kerjasama dan doa, Tuhan memberikan kasih-Nya sehingga Tania sudah bisa beraktivitas seperti biasa dengan teman-temannya.
Malam yang dulu dilalui dengan berdiam diri, sekarang berubah total.  Dia mulai rajin belajar, baik sendiri maupun bersama teman-temannya. Sudah tidak ada lagi gangguan penglihatan pada malam hari, senang rasanya melihat kondisi Tania kembali pulih seperti anak-anak seusianya.

Ungkapan syukur tak terhingga kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, juga terhadap adanya Program Generasi Sehat dan Cerdas yang turut membantu, teman-teman pelaku Program GSC, Aparatur Pemerintahan Ohoi (Desa) Waurtahait, dan Dinas Layanan Kesehatan baik dari Puskesmas Elat maupun Dokter dan Staf RSUD Karel Satsuitubun Langgur.

Kondisi Tania Rahakbauw  Saat ini. Dok GSC Kei Besar

Ini adalah bentuk intervensi Program Generasi Sehat dan Cerdas Kecamatan Kei Besar Kabupaten Maluku Tenggara yang ikut membantu sasaran Non User agar tidak terputus masa depannya.  Membantu anak usia sekolah agar terus bersekolah, menjadi harapan semua pihak, terutama keluarga untuk terus memotivasi, memantau dan menjaga kesehatan anak-anaknya serta mendorong agar tetap sekolah.

Kini, Tania Rahakbauw telah kembali ceria, bersekolah dan bermain bersama teman-temannya. Semoga intervensi dari Pemerintah melalui Program GSC ini, dapat memicu adanya perubahan perilaku yang lebih baik kepada masyarakat yang sadar akan pentingnya kesehatan, mampu menjaga generasi-generasi tetap sehat, giat belajar, dan terus bersekolah dengan baik. Sukses Bersama Membangun Generasi Indonesia.*

**
Penulis : Roby Labetubun (FK GSC Kecamatan Kei Besar)
Editor   : R. Leikawa (Staf Konsultan GSC Maluku)
Share: