Perjalanan dari
Tuburlay ke Renfaan melewat pantai
|
Ada yang menarik dari beberapa Fasilitator GSC
Maluku yang ditugaskan pada wilayah Kecamatan ekstrim, mereka tampak begitu
menikmati hari-harinya berjuang dengan fasilitas seadanya, akses jalan yang tidak
layak, jaringan internet yang tidak terjangkau, transportasi terbatas bahkan
listrik pun tidak normal seperti pada daerah perkotaan. Itu bukanlah kendala
untuk mereka, karena sejatinya Fasilitator Kecamatan yang merupakan ujung tombak dari program GSC ini merupakan laskar
sejati yang ditugaskan untuk memberdayakan masyarakat miskin agar bisa mandiri
dengan sumber daya yang telah tersedia dapat dimanfaatkan dengan baik, memfasilitasi
masyarakat supaya bisa mendapatkan layanan secara merata, serta membantu
pemerintah dalam mengurangi angka kemiskinan di Indonesia.
Masuk Keluar Ohoi
Dengan Jalan Kaki Berkilometer
Katakanlah Ricardho. E.
A. Somnaikubun FK GSC Kecamatan Kei
Besar Utara Timur, Kabupaten Maluku Tenggara dengan assistennya, Simson M. Rahayaan, setiap kali melakukan kunjungan ke beberapa Ohoi/Desa selalu berjalan kaki, bukan karena
mereka tidak memiliki kendaraan tetapi akses jalan yang tidak memungkinkan untuk dilalui dengan
kendaraan.
Di Kecamatan Kei Besar Utara Timur memilki 30 Ohoi/Desa yang berada di pesisir Pulau Kei Besar sebelah timur. Dari 30 Ohoi tersebut ada yang
sudah di aspal namun ada juga yang belum, bahkan jalan setapak pun tidak ada.
Kondisi Jalan Yang Masih Dalam Pekerjaan |
Akses Jalan yang sudah di aspal baru menjangkau 11
Ohoi, meskipun jalan aspal
tersebut tidak terlihat licin dan kurang lebar, namun setidaknya bisa
mempermudah masyarakat dalam beraktivitas. 11 ohoi tersebut adalah Yamtimur, Kilwair, Tuburngil, Ohoiwirin, Hollay, Hoko, Hollat, Hollat
Solair, Ohoifau, Ohoifaruan dan Ohoi Watlaar.
Sementara 19 ohoi tersisa dapat ditempuh
dengan akses jalan gusur (belum diaspal) yakni Ohoi Banda Efruan, Banda Suku 30,
Banda Ely, Tuburlay, Fanwav, Renfaan, Renfaan GPM, Renfaan Islam, Langgiar Haar, Ohoimejang, Ur, Haar Wassar, Haar
Ohoiwait, Haar Ohoimel, Haar Renrahantel, Haar Ohoimur GPM, Haar Ohoimur RK, Ohoiraut, dan Ohoi Soin. Dari 19 Ohoi yang belum memiliki jalan aspal
tersebut mengharuskan warga setempat untuk melakukan aktivitas dengan berjalan
kaki bila hendak bepergian.
Kondisi Jalan Aspal
di Kecamatan Kei Besar Utara Timur
|
Di Kecamatan Kei Besar Utara Timur, akses perhubungan antar
ohoi sangat dipengaruhi oleh musim. Disana terdapat dua musim yaitu Musim Timur (dari bulan
Maret s/d bulan September) dan Musim Barat (dari bulan Oktober s/d Febuari).
Pada Musim Barat terjadi Gelombang laut sehingga akses transportasi ke
ohoi-ohoi tidak dapat menggunakan transportasi laut. Transportasi laut hanya
dapat digunakan pada Musim lainnya, namun tidak ada transport reguler sehingga
harus di carter.
Untuk daerah lokasi GSC yang harus lewati laut adalah Ohoi
Renfaan, Renfaan GPM, Renfaan Islam, Langgiar Haar, Ohoimejang, Ur, Haar
Wassar, Haar Ohoiwait, Haar Ohoimel, Haar renrahantel, Haar Ohoimur GPM, Haar
Ohoimur RK, Ohoiraut, Soin.
Transportasi Laut
yang biasa digunakan FK, Asisten FK bersama UPK, POKJA dan PL
Melihat
kondisi tersebut, tidak mengurangi sedikit pun semangat FK dan Asisten FK Kei
Besar Utara Timur dalam memperjuangkan hak masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan. Meskipun harus berjalan kaki dari Ohoi ke Ohoi, melewati pesisir
pantai, menyeberangi lautan, mendaki jalan yang terjal dan licin bila musim hujan, tapi
mereka tetap berusaha keras untuk bisa sampai ke ohoi.
Richardo Somnaikubun yang sudah lima
tahun lamanya menjadi Fasilitator di Kabupaten Maluku Tenggara mengaku enjoy menjalani
hari-harinya di wilayah ekstrim, meskipun awalnya dia bertugas pada kecamatan
Kei Kecil, kini dirinya telah tiga tahun lamanya melakukan perjuangan di Kei
Besar Utara Timur dengan Asisten FK Simson, M. Rahayaan yang tak lain adalah mantan PL di kecamatan
Kei Besar yang juga merupakan salah satu wilayah ektrim di Maluku Tenggara.
Richardo E. A. Somnaikubun FK GSC Kecamatan Kei Besar Utara Timur, melintasi hutang saat melakukan perjalanan dari Ohoiraut ke Haar Ohoimel |
Kondisi geografis Kei Besar Utara Timur, menjadikan
Tim Fasilitator Kecamatan merasa terbiasa bahkan seperti melakukan petualangan di daerah
yang sering juga disebut dengan istilah Raschab
Maur Ohoiwut yakni wilayah kumpulan beberapa Desa Adat. Dengan menggunakan ransel, pembekalan seadanya
mereka pun bergegas melakukan perjalanan ke Ohoi untuk melakukan fasilitas
terhadap masyarakat. Misalnya ketika mereka tiba hendak ke Ohoi Renfaan, maka
harus melewati Ohoi Tuburlay terlebih dahulu menelusuri pesisir pantai yang penuh
dengan batu-batu besar. Namun tiada pilihan lain akses jalan ini sebagai
alternatif tercepat untuk mencapai lokasi yang dituju.
Menurut
Ricardo, sebenarnya ada jalan setapak untuk menuju Ohoi berikutnya, akan tetapi
jalan tersebut masih dalam kondisi setapak tanah belum di aspal atau dibikin
rabat beton, sehingga bila musim hujan tiba, jalan
tersebut licin untuk dilewati apalagi berada pada posisi di atas, maka para
pejalan kaki diwajibkan untuk mendaki, sehingga alternative yang lebih
memudahkan mereka adalah dengan melintasi pesisir pantai sepanjang 1,5 Km.
Jadi
bayangkan saja jika kondisi seperti ini diperhadapkan dengan musim ombak dan
musim hujan, sudah tentunya akses jalan menuju Ohoi Renfaan tidak bisa
dijangkau lagi.
Kondisi sulitnya akses jalan lainnya yang sering di lewati oleh Tim
Fasilitator Kecamatan Kei Besar Utara Timur adalah Perjalanan
dari Ohoi Banda Ely ke Fanwav yang harus melalui menaiki 1000-lebih
anak tangga karena letak Ohoi Fanwav berada di dataran tinggi (diatas 100 DPL), jalan menuju Ohoi Banda Ely pun juga tidak
bisa dilewati dengan kendaraan, sebab saat ini masih dalam proses perbaikan
jalan.
Minim Penerangan, Tim Fasilitator Kecamatan Harus Patungan
Terkait dengan kondisi
penerangan, di Kecamatan Kei Besar Utara Timur, tidak semua daerahnya bisa
menikmati listrik secara normal, dari 30 Ohoi yang disebutkan diatas sampai
saat ini baru 2 ohoi yang mendapatkan penerangan dari PLN yakni ohoi Yamtimur
dan Kilwair. Itu pun hanya bisa dinikmati dari jam 6 sore sampe jam 12 siang. Sementara
untuk ohoi yg lain ada bantuan dari Bupati untuk Mesin Listrik dengan bahan
bakar solar yang bisa digunakan dari jam 6 sore sampai jam 10 malam saja dengan
Retribusi per KK Rp. 50.000/bulan.
Saat ini Tim Fasilitator
Kecamatan berkantor di rumah Pendamping Lokal (PL), karena sejak PNPM MPd
berakhir mereka terkendala dengan biaya sewa kantor, hal ini disebabkan karena
biaya operasionalnya kecil, mereka harus mencari kontrakan yang juga disediakan
mesin, sampai saat ini mereka masih menggunakan mesin di rumah PL, itu pun
biaya pemakainya harus ditanggung bersama oleh FK, Asisten FK dan operasional UPK, dengan pemakaian solar 5
liter bisa diirit selama tiga hari mulai dari jam 7 malam sampai jam 12 malam. (RL)
Keterangan:
Ohoi : Desa
0 komentar:
Posting Komentar