Jumat, 13 Juli 2018

Pelaku GSC Rahareng Atas, Menyelamatkan Anak Rentan Putus Sekolah

Keisya Foor saat mendapat perawatan intensif dari Pelaku GSC


Di Desa Rahareng Atas Kecamatan Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara, yang juga disebut oleh masyarakat setempat sebagai Ohoi Rahareng Atas, tinggal dua kakak beradik yang mengalami kondisi memprihatinkan, anak yang pertama harus putus sekolah, sedangkan anak kedua sering mengalami sakit kepala yang sangat mengganggu aktivitas kesehariannya dan juga nyaris putus sekolah.

Kedua anak tersebut, Kenfli Foor (13 Tahun) dan adiknya Keisya Foor (11 Tahun), mereka  adalah korban dari perceraian kedua orang tuanya. Retaknya keharmonisan, sehingga terjadi perpisahan antara ibu dan bapak, menyebabkan mereka terpaksa tinggal dengan nenek mereka yang hidup dalam keterbatasan. 

Kembali ke Sekolah saat mendapat bantuan dari GSC
Sebelumnya, kakak-beradik ini tinggal di Ohoi Weduar Kecamatan Kei Besar Selatan.  Namun, karena kondisi perpisahan itulah mereka diambil nenek mereka untuk kembali ke Ohoi Rahareng Atas Kecamatan Kei Besar.

Peran Aktif KPMO Rahareng Atas

Sebagai Pelaku Program GSC, KPMO Rahareang Atas sangat peduli pada kondisi masyarakat di Desanya, terlebih lagi terkait dengan masa depan anak-anak yang kurang mampu, yang tak lain merupakan bagian dari generasi Indonesia yang harus mendapat hak untuk belajar dan meraih cita-cita, serta bisa hidup sehat.

Melihat peristiwa yang dialami oleh Kenfli dan Keisya Foor, maka tergeraklah hati para Kader Pemberdayaan Masyarakat Ohoi/Desa (KPMO/KPMD) sebagai Pelaku Program Generasi Sehat dan Cerdas (GSC) di Ohoi Rahareng Atas.

Mereka pun berkumpul untuk membahas hal  tersebut, “Kami tidak ingin mereka larut dalam kesedihan, Kami tidak ingin masa depan mereka hancur hanya karena putus sekolah, karena tidak ada lagi yang membiayai sekolah mereka”, ungkap salah satu satu KPMO, pada pertemuan tersebut. 

Setelah melakukan rapat internal, para KPMO pun menemui Kepala Ohoi untuk menyampaikan persoalan tersebut, tak lupa juga mereka berkoordinasi dengan Tim Fasilitator Kecamatan (FK) Program GSC Kecamatan Kei Besar. 

Bersama Kepala Ohoi dan Pelaku GSC Rahareang Atas

Tujuan koordinasi tersebut, mengingat karena tidak tersedia anggaran untuk membantu kedua anak itu.  Dana BLM Program GSC sesuai Musyawarah Masyarakat telah dialokasikan untuk kegiatan lainnya, sementara kedua anak ini datang setelah alokasi dana selesai ditetapkan.

Oleh Fasilitator Kecamatan, KPMO diberikan gambaran dengan kondisi mendesak yang harus mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan kedua anak itu.

Bersama Pemerintah Ohoi, pelaku Program GSC Ohoi dan masyarakat  langsung melakukan musyawarah khusus untuk melakukan revisi kegiatan Bimbingan Belajar yang dialihkan untuk membantu mereka.  Dari hasil musyawarah dan didukung oleh berita acara, KPMO pun merasa lega dapat membantu kedua kakak-beradik tersebut.

Pelaku GSC Rahareang Atas Berhasil Mengatasi Persoalan Anak Kurang Mampu

Perjuangan yang tidak sia-sia, usaha KPMO Rahareang Atas berbuah manis, kedua anak tersebut akhirnya bisa mendapat pertolongan, Keisya Foor mendapat perawatan intensif dari tenaga kesehatan Pustu Rahareng Atas,  dia juga dibawa ke RSUD Karel Sadsuitubun di Langgur oleh Pelaku GSC untuk mendapatkan perawatan secara intensif.

Sementara Kenfli Foor yang putus sekolah, para Pelaku GSC juga melakukan pengurusan administrasi ke SMP Weduar Kecamatan Kei Besar Selatan untuk mengurus kepindahan anak tersebut,  agar Kenfli bisa diterima di SMP Kei Besar.
Pelaku-pelaku GSC di Ohoi Rahareng Atas, bekerja tanpa mengenal lelah mengurusi anak-anak ini, menganggap mereka seperti anak mereka sendiri, hal ini adalah sebuah bukti cinta yang tulus tanpa pamrih.

Proses Belajar Mengajar di Kelas
Kini, mereka berdua telah aktif bersekolah. Bahkan sangat rajin mengikuti kegiatan belajar mengajar.  Pelaku Program GSC Ohoi Rahareng Atas juga terus memantau perkembangan pendidikan mereka. Lewat peran aktif para pelaku (KPMO, TPMO, dan Pelaksana Kegiatan) serta dukungan Pemerintah Ohoi Rahareng Atas, maka masalah kedua anak tersebut dapat teratasi dengan baik.

Ucapan terima kasih datang dari pihak Ohoi, baik pelaku GSC maupun Kepala Ohoi Rahareng Atas,  kepada Pemerintah dan Tim Fasilitator Kecamatan melalui Program Generasi Sehat dan Cerdas (GSC) yang telah menyelamatkan kehidupan Kenfli dan Keisya Foor.

Salam Generasi Sehat dan Cerdas



Keterangan :
Ohoi               : Desa
Sumber Kisah  : GSC Kei Besar (Ny, Maria Rahayaan, Lory Muskita - KPMO dan Roby H. Labetubun- FK)
Editor                 : R. Leikawa (Staff Konsultan GSC Maluku)

Share:

Senin, 19 Februari 2018

Perwakilan GSC Maluku, Ikut Menyusun Bahan Ajar PAUD oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini.

Foto Bersama Peserta dan Penyelenggara Kegiatan Penyusunan Bahan Ajar PAUD 2018


Dalam upaya pelestarian Bahasa Ibu di tengah masyarakat terutama untuk kalangan anak-anak, pemerintah melalui Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melaksanakan kegiatan Penyusunan Bahan Ajar PAUD dalam Bahasa Ibu dan Bahasa Indonesia, pada tanggal 13 – 15 Februari 2018 di Hotel D’Anaya, Bogor Timur, Jawa Barat. Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka Penyusunan Norma Standar Prosedur dan Kriteria Bidang Kurikulum, dengan melibatkan 13 ahli bahasa daerah dari 11 provinsi, salah satu pesertanya merupakan Perwakilan dari GSC Provinsi Maluku, yakni Rusda Leikawa, Supporting Staff Konsultan GSC Maluku. Keterlibatan GSC Maluku pada kegiatan ini sesuai dengan Surat Undangan dari Direktorat Pembinaan PAUD nomor: 77/C2.2/DU/2018, tanggal 31 Januari 2018, Perihal Undangan Peserta.

Tujuan pelaksanaan Kegiatan Penyusunan Bahan Ajar PAUD dalam Bahasa Ibu dan Bahasa Indonesia, yakni untuk mengangkat kembali Bahasa Ibu dalam proses belajar mengajar pada Pendidikan Anak Usia Dini, Supaya anak-anak tidak lupa pada Bahasa Daerah/Bahasa Ibu serta untuk melestraikan dan Menghindari terjadinya kepunahan.

Hal ini juga disampaikan oleh Retno Wulandari selaku koordinator Kegiatan Penyusunan Bahan Ajar PAUD, bahwa “ tujuan dari kegiatan ini adalah supaya anak-anak lebih mengenal Bahasa Ibu  dan  tidak lupa pada akar budayanya”, ungkap Retno.

Kenapa Bahasa Ibu Harus di Masukkan kedalam Bahan Ajar PAUD?

Seperti yang kita ketahui Bahasa Ibu merupakan Bahasa pertama yang digunakan oleh seseorang dan orang yang menggunakannya disebut sebagai penutur asli. Bahasa Ibu juga menjadi ciri khas suatu daerah dengan daerah yang lain. Di Indonesia sendiri ada banyak ragam Bahasa daerah, ini menjadi kekayaan bangsa kita yang harus dilestarikan dan terus dikembangkan sebagai bentuk rasa cinta terhadap kebudayaan daerah masing-masing.

Sayangnya, seiring dengan perkembangan zaman, budaya berbahasa khususnya penggunaan Bahasa Ibu sudah jarang digunakan pada kalangan anak-anak, padahal Bahasa tersebut menunjukkan jati diri seseorang. Bayangkan jika dalam kehidupan sehari-hari anak-anak lebih sering menggunakan bahasa gaul atau bahkan Bahasa Asing, maka celakalah, layaknya kita sendiri yang sedang membuka peluang untuk hilangnya budaya tutur dengan menggunakan Bahasa Daerah.

Suasana Penyusunan Bahan Ajar PAUD dalam Bahasa Ibu dan Bahasa Indoensia
Mengingat begitu pentingnya Bahasa Ibu, maka penggunaannya perlu dimasukkan kedalam Bahan Ajar terutama untuk Pendidikan Anak Usia Dini, hal ini  merupakan cara yang baik untuk terus menghidupkan budaya lokal agar tidak terlupakan, generasi muda Indonesai bisa mengenal lebih dekat akan budayanya masing-masing sejak dini, termasuk lancar menggunakan Bahasa Ibu.
Selain itu, pada anak usia dini mereka justru lebih terbiasa dengan bahasa-bahasa sederhana yang sering digunakan oleh keluarganya, maka harapannya dengan penggunaan Bahasa Ibu dalam proses belajar mengajar, para siswa mudah untuk  menerima dan memahaminya.

Hasil Peyusunan Bahan Ajar PAUD

Selama proses penyusunan Bahan Ajar PAUD, para peserta diminta untuk menerjemahkan Bahan Ajar PAUD ke dalam Bahasa Ibu, bahan ajar tersebut berupa  komik yakni  tentang kisah Kucing Emas, Aku Suka Buah, Komik Siapa Yang Paling Cantik, Si Tupai dan Tiga Cerita Lain, selain Komik juga ada lima poster yang diterjemahkan, antara lain; Poster Guru PAUD Cerdas, Lingkungan Belajar,  Pengelolaan Pembelajaran, Poster Pra keaksaraan dan Poster Pra Keaksaraan 2.


Suasana Penyusunan Bahan Ajar PAUD dalam Bahasa Ibu

Menariknya, jumlah peserta yang hadir pada saat itu sebanyak 13 peserta, artinya ada 13 Bahasa Ibu yang dikumpulkan pada kegiatan tersebut, hingga tahun 2018 ini, jumlah Bahasa Ibu yang sudah terkumpul di Direktorat Pembinaan PAUD adalah sebanyak 74 bahasa.  

Pihak Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini berencana akan membuat buku Bahan Ajar PAUD dari hasil terjemahan tersebut dan dibagikan pada daerah-daerah. Semoga hasil Penyusunannya bermanfaat dan memudahkan para Guru dalam menyampaikan materi serta bisa dimengerti oleh para siswa ditingkat Pendidikan Anak Usia Dini. (RL)

Share: